MENULIS TANPA 'PRETENSI'

Menulis lebih dari 20 buku dan ribuan artikel ilmiah populer baik di media mainstream maupun media daring (sosial), tentu sebuah debut dan prestasi intelektual yang fenomenal dan spektakuler. Hanya individu dengan 'stamina literasi prima', yang bisa mencapai level itu.

Syamsudin Kadir, putera asli dari Cereng, Kec. Sano Nggoang, dalam usia yang relatif muda, sudah berhasil masuk dalam barisan pribadi yang 'mengukir karier kepenulisan' yang mengagumkan.

Dengan capaian sehebat itu, saya berpikir, Syamsudin layak didapuk sebagai salah satu 'penggerak literasi' terdepan untuk Kabupaten Mabar. Kiprahnya di dunia literasi, mengundang decak kagum. Dari sisi produktivitas, saya kira Syamsudin, sulit ditandingi oleh para penulis muda lain di Mabar ini.

Apa rahasia atau resep di balik prestasi itu? Secara pribadi, saya belum terlalu 'mengenal riwayat kepenulisan beliau hingga bisa menjadi penulis produktif saat ini. Akan tetapi, saya selalu membaca 'goresan pendeknya' di beberapa kanal media sosial tentang aktivitas literasi di mana saya temukan semacam 'rumus atau kiat jitu' dari Syamsudin dalam mengkreasi banyak tulisan tersebut. Resep itu ternyata sangat sederhana yang termuat dalam frase syarat makna ini: 'Menulis tanpa beban'.

Prinsip ini mengingatkan saya akan perdebatan seru di kalangan ilmuwan sosial perihal 'interes tersembunyi' di balik sebuah teks. Pertanyaan kuncinya adalah apakah sebuah tulisan bebas dari intensi dan interes personal dari penulisnya? Kelihatannya Syamsudin lebih mengikuti aliran pemikiran yang coba 'membebaskan teks' dari beban kepentingan pengarang. Syamsudin menulis untuk tulisan itu sendiri, dan bukan untuk melayani 'subyek' yang berada di luar teks.

Dengan kata lain, kegiatan menulis merupakan 'manifestasi' dari kebebasan berpikir. Syamsudin bukan 'tipe penulis' yang bernafsu melayani kepentingan parsial dari individu atau kelompok tertentu. Beliau hanya menuangkan 'apa yang berkecamuk' dalam alam imajinasinya berdasarkan pembacaannya terhadap realitas.

Karena itu, tidak terlalu mengherankan kalau sampai saat ini, beliau sudah 'memproduksi' banyak karya intelektual baik dalam bentuk buku maupun artikel pendek di koran dan media sosial. Beliau tidak pernah 'dibebani' dengan 'kualitas tulisan' dan dampak tulisan itu bagi khalayak pembaca.

Kehadiran Syamsudin dalam 'jagat literasi Mabar', tentu menambah semarak aktivitas menulis di sini. Saya kira, entah disadari atau tidak, Syamsudin sudah berhasil menyebarkan 'virus literasi' pada sebagian warganet di Kabupaten ini. Gagasan kritisnya, selalu memantik diskusi yang bernas di media sosial dan menginspirasi pembaca untuk merefleksikan secara intens sebuah isu politik aktual di level lokal. (*)

* Tulisan aslinya berjudul:
MENULIS TANPA 'PRETENSI'
(Apresiasi untuk Syamsudin Kadir)

Oleh: Silvester Joni
Pemerhati Sosial-Politik, Domisili di Labuan Bajo-Mabar

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!