TAK TERSENTUH LISTRIK DAN JALAN BERASPAL, KAMPUNG CERENG MELAHIRKAN PENULIS PRODUKTIF
Namanya Syamsudin Kadir, sejak kecil kerap disapa Kadir. Pria kelahiran 8 Agustus 1983 di Cereng-Golo Molas ini merupakan anak ke-4 dari 9 bersaudara dari pasangan Bapak Abdul Tahami dan almarhumah Siti Jemami.
Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) pada tahun 1990 hingga lulus pada tahun 1996, pria yang kerap menjadi juara kelas dan juara umum ini sudah kerap mencumbui berbagai macam buku. Bukan saja buku pelajaran tapi juga buku lainnya yang tersedia di perpustakaan sekolah dan buku-buku Ayahnya (yang kerap ia panggil Pua) di rumah.
Pada saat menempuh pendidikan selama 6 tahun di Pondok Pesantren Nurul Hakim, Kediri, Lombok Barat-NTB (MTs, tahun 1996-1999; Madrasah Aliyah, tahun 1999-2002), semangat membaca dan menulisnya semakin terasah dengan baik karena memang tradisi baca di tempat ini cukup kuat, di samping perpustakaan yang mumpuni.
Di saat kuliah di Bandung-Jawa Barat, tahun 2002-2007 dan tahun 2007-2010, kemudian di Cirebon-Jawa Barat tahun 2014-2019, semangat menulisnya semakin menggila. Bahkan sejak 2008 hingga saat ini, cucu dari pasangan Jatong-Seria dan Ngempo-Timur ini sudah menulis 21 buah buku.
Selain itu, suami dari almarhumah Uum Heroyati (menikah di Subang-Jawa Barat pada 4 Oktober 2010, meninggal di Kota Cirebon-Jawa Barat pada Kamis 25 Oktober 2018) dan Eni Suhaeni (menikah di Cirebon-Jawa Barat pada Kamis 25 April 2019) serta Ayah dari tiga bersaudara (Azka Syakira, Bukhari Muhtadin dan almarhumah Tsamarah Walidah) ini telah menulis ribuan artikel-essai di berbagai Surat Kabar atau Koran di beberapa Kota dan Majalah serta menulis ratusan tulisan lepas untuk beberapa blog terutama blog pribadinya.
Ia juga kerap menjadi narasumber di beberapa seminar, workshop dan diskusi, di samping menjadi narasumber acara Selamat Pagi Cirebon di Radar Cirebon Televisi (RCTV) dan RRI, serta berbagai pelatihan dan bedah buku di kalangan pelajar dan mahasiswa di beberapa sekolah, peseantren dan kampus di beberapa kota.
Untuk meningkatkan kualitas tulisan dan jam terbangnya, ia pun menyempatkan diri bersua dengan penulis beken ibukota. Misalnya dengan Cindy Gulla penulis buku "Sweetnees of Cindy Gulla", Marco Ivanos penulis buku "Super Not Inspiring Book", dan Pandu Waskita penulis buku "Bucket List" serta Mba Ry Azzura Editor Penerbit Bukune, pada acara "Temu Penulis Muda Berbakat" selama dua hari (Sabtu-Ahad, 19-20 Maret 2016 silam).
Acara yang bertajuk “Bukune Young Stars” ini diselenggarakan di Toko Buku Gramedia Cipto, Kota Cirebon-Jawa Barat dan dihadiri begitu banyak orang. Bukan saja penulis lintas kota tapi juga kalangan pelajar dan mahasiswa yang memang nge-fans kepada beberapa penulis ibukota tersebut.
Mengenang pertemuan itu, Bang Kadir, demikian ia disapa di kalangan mahasiswa dan aktivis, bahwa jika Cindy menulis karena hendak berbagi motivasi dan inspirasi dengan sesama kaum muda, dan Marco menulis untuk “menebalkan” isi dompetnya hingga dapat berbuat baik terutama bisa bersedekah ke mereka yang membutuhkan, maka Pandu menulis karena cita-cita atau mewujudkan mimpinya mengelilingi dunia.
Selain itu, juga bersua Abdurahman El-Sirozy atau kerap disapa Kang Abik, Anis Matta, Fauzil Adzim dan penulis produktif lainnya pada berbagai momentum acara atau kegiatan, terutama di saat bedah buku di beberapa kota.
Cereng memang sepi dari pemberitaan. Kampung yang terhuni oleh ratusan warga ini juga belum punya jalan beraspal, tak tersentuh listrik, tak punya puskesmas, tak ada sekolah negeri dan berbagai macam pelayanan publik yang mestinya layak diraih tak juga diperoleh. Sadis, kan?
Tapi kondisi yang "sadis" semacam itu tak membuat para tetua kehilangan semangat untuk bangkit dan maju. Hal ini bisa dilihat dari semangat mereka dalam menyekolahkan anak-cucu mereka ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Mereka pun mengirim anak-cucu mereka ke berbagai kota di seluruh Indonesia.
Anak-anak dan generasi muda Cereng pun begitu antusias dan semangat dalam menempuh pendidikan. Selain mengandalkan biaya dari orangtua atau keluarga, mereka juga belajar berusaha membangun bisnis atau bekerja.
Di samping itu, selain kuliah, tak sedikit diantara mereka yang mengajar di beberapa sekolah dan pesantren. Bahkan ada juga yang rela menjadi pembantu. Bukan untuk merendahkan diri, tapi wujud kesungguhan dalam menempuh pendidikan atau amanh orangtua dan keluarga.
Khusus untuk Bang Kadir yang sudah menulis 21 buku, diantaranya: Membangun Pendidikan dan Bangsa yang Beradab, Pendidikan Mencerahkan dan Mencerdaskan Bangsa, Merawat Mimpi Meraih Sukses, Menulis Tradisi Intelektual Muslim, The Power of Motivation, Ngopi, Optimisme Membangun Bangsa, Merebut Masa Depan, dan masih banyak lagi, juga berpengalaman mengajar di beberapa lembaga pendidikan, bahkan hingga kini.
Apapun itu, menulis pada dasarnya adalah media gratis tempat kita mengekspresikan diri. Mengatakan apa yang hendak kita katakan sesuai yang kita mau. Di sini tak ada yang melarang dan menghambat. Sebab menulis adalah aktivitas yang paling merdeka dan memerdekakan.
Nah, setelah membaca tulisan ini, kamu tergoda untuk menulis kan? Kalau kamu orang kampung, andaikan kamu hendak punya karya tulis, kamu mau menulis tentang apa dan menulis untuk apa? Atau, kapan mulai menulis?
Ingat, sekarang saatnya merubah keadaan. Sebab kampung dan daerah kita takkan berubah kalau kita tak berubah. Maka teruslah meningkatkan kualitas diri, berkarya atau menulislah, serta jadilah generasi unggul yang tersejarahkan.
Di samping kiri-kanan kita sudah begitu banyak inspirator dan motivator. Mereka adalah sumber inspirasi dan motivasi kita untuk terus memompa semangat dan optimisme bahwa kita sejatinya bisa berkarya, salah satunya dengan menulis buku. Ini bukan profesi, tapi aktivitas santai seperti minum kopi. Santai saja...
Percayalah, walau hidup dalam keterbatasan karena tak tersentuh secara maksimal dari pelayanan pemerintah yang memang kerap ingkar janji, orang Cereng itu punya harga diri dan bisa mengeja sejarahnya sendiri. Bukan saja bagi Cereng, tapi juga untuk Manggarai Barat, dan Indonesia.
Di atas segalanya, terima kasih Bang Kadir, reba Cereng-Golo Molas, Desa Golo Sengang, Kecamatan Sano Nggoang, Kab. Manggarai Barat-NTT yang telah membuat generasi muda Cereng dan Manggarai Barat semakin optimis dan semangat untuk terus berkarya dan berkontribusi bagi kemajuan dan sejarah. (*)
--Admin--
Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) pada tahun 1990 hingga lulus pada tahun 1996, pria yang kerap menjadi juara kelas dan juara umum ini sudah kerap mencumbui berbagai macam buku. Bukan saja buku pelajaran tapi juga buku lainnya yang tersedia di perpustakaan sekolah dan buku-buku Ayahnya (yang kerap ia panggil Pua) di rumah.
Pada saat menempuh pendidikan selama 6 tahun di Pondok Pesantren Nurul Hakim, Kediri, Lombok Barat-NTB (MTs, tahun 1996-1999; Madrasah Aliyah, tahun 1999-2002), semangat membaca dan menulisnya semakin terasah dengan baik karena memang tradisi baca di tempat ini cukup kuat, di samping perpustakaan yang mumpuni.
Di saat kuliah di Bandung-Jawa Barat, tahun 2002-2007 dan tahun 2007-2010, kemudian di Cirebon-Jawa Barat tahun 2014-2019, semangat menulisnya semakin menggila. Bahkan sejak 2008 hingga saat ini, cucu dari pasangan Jatong-Seria dan Ngempo-Timur ini sudah menulis 21 buah buku.
Selain itu, suami dari almarhumah Uum Heroyati (menikah di Subang-Jawa Barat pada 4 Oktober 2010, meninggal di Kota Cirebon-Jawa Barat pada Kamis 25 Oktober 2018) dan Eni Suhaeni (menikah di Cirebon-Jawa Barat pada Kamis 25 April 2019) serta Ayah dari tiga bersaudara (Azka Syakira, Bukhari Muhtadin dan almarhumah Tsamarah Walidah) ini telah menulis ribuan artikel-essai di berbagai Surat Kabar atau Koran di beberapa Kota dan Majalah serta menulis ratusan tulisan lepas untuk beberapa blog terutama blog pribadinya.
Ia juga kerap menjadi narasumber di beberapa seminar, workshop dan diskusi, di samping menjadi narasumber acara Selamat Pagi Cirebon di Radar Cirebon Televisi (RCTV) dan RRI, serta berbagai pelatihan dan bedah buku di kalangan pelajar dan mahasiswa di beberapa sekolah, peseantren dan kampus di beberapa kota.
Untuk meningkatkan kualitas tulisan dan jam terbangnya, ia pun menyempatkan diri bersua dengan penulis beken ibukota. Misalnya dengan Cindy Gulla penulis buku "Sweetnees of Cindy Gulla", Marco Ivanos penulis buku "Super Not Inspiring Book", dan Pandu Waskita penulis buku "Bucket List" serta Mba Ry Azzura Editor Penerbit Bukune, pada acara "Temu Penulis Muda Berbakat" selama dua hari (Sabtu-Ahad, 19-20 Maret 2016 silam).
Acara yang bertajuk “Bukune Young Stars” ini diselenggarakan di Toko Buku Gramedia Cipto, Kota Cirebon-Jawa Barat dan dihadiri begitu banyak orang. Bukan saja penulis lintas kota tapi juga kalangan pelajar dan mahasiswa yang memang nge-fans kepada beberapa penulis ibukota tersebut.
Mengenang pertemuan itu, Bang Kadir, demikian ia disapa di kalangan mahasiswa dan aktivis, bahwa jika Cindy menulis karena hendak berbagi motivasi dan inspirasi dengan sesama kaum muda, dan Marco menulis untuk “menebalkan” isi dompetnya hingga dapat berbuat baik terutama bisa bersedekah ke mereka yang membutuhkan, maka Pandu menulis karena cita-cita atau mewujudkan mimpinya mengelilingi dunia.
Selain itu, juga bersua Abdurahman El-Sirozy atau kerap disapa Kang Abik, Anis Matta, Fauzil Adzim dan penulis produktif lainnya pada berbagai momentum acara atau kegiatan, terutama di saat bedah buku di beberapa kota.
Cereng memang sepi dari pemberitaan. Kampung yang terhuni oleh ratusan warga ini juga belum punya jalan beraspal, tak tersentuh listrik, tak punya puskesmas, tak ada sekolah negeri dan berbagai macam pelayanan publik yang mestinya layak diraih tak juga diperoleh. Sadis, kan?
Tapi kondisi yang "sadis" semacam itu tak membuat para tetua kehilangan semangat untuk bangkit dan maju. Hal ini bisa dilihat dari semangat mereka dalam menyekolahkan anak-cucu mereka ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Mereka pun mengirim anak-cucu mereka ke berbagai kota di seluruh Indonesia.
Anak-anak dan generasi muda Cereng pun begitu antusias dan semangat dalam menempuh pendidikan. Selain mengandalkan biaya dari orangtua atau keluarga, mereka juga belajar berusaha membangun bisnis atau bekerja.
Di samping itu, selain kuliah, tak sedikit diantara mereka yang mengajar di beberapa sekolah dan pesantren. Bahkan ada juga yang rela menjadi pembantu. Bukan untuk merendahkan diri, tapi wujud kesungguhan dalam menempuh pendidikan atau amanh orangtua dan keluarga.
Khusus untuk Bang Kadir yang sudah menulis 21 buku, diantaranya: Membangun Pendidikan dan Bangsa yang Beradab, Pendidikan Mencerahkan dan Mencerdaskan Bangsa, Merawat Mimpi Meraih Sukses, Menulis Tradisi Intelektual Muslim, The Power of Motivation, Ngopi, Optimisme Membangun Bangsa, Merebut Masa Depan, dan masih banyak lagi, juga berpengalaman mengajar di beberapa lembaga pendidikan, bahkan hingga kini.
Apapun itu, menulis pada dasarnya adalah media gratis tempat kita mengekspresikan diri. Mengatakan apa yang hendak kita katakan sesuai yang kita mau. Di sini tak ada yang melarang dan menghambat. Sebab menulis adalah aktivitas yang paling merdeka dan memerdekakan.
Nah, setelah membaca tulisan ini, kamu tergoda untuk menulis kan? Kalau kamu orang kampung, andaikan kamu hendak punya karya tulis, kamu mau menulis tentang apa dan menulis untuk apa? Atau, kapan mulai menulis?
Ingat, sekarang saatnya merubah keadaan. Sebab kampung dan daerah kita takkan berubah kalau kita tak berubah. Maka teruslah meningkatkan kualitas diri, berkarya atau menulislah, serta jadilah generasi unggul yang tersejarahkan.
Di samping kiri-kanan kita sudah begitu banyak inspirator dan motivator. Mereka adalah sumber inspirasi dan motivasi kita untuk terus memompa semangat dan optimisme bahwa kita sejatinya bisa berkarya, salah satunya dengan menulis buku. Ini bukan profesi, tapi aktivitas santai seperti minum kopi. Santai saja...
Percayalah, walau hidup dalam keterbatasan karena tak tersentuh secara maksimal dari pelayanan pemerintah yang memang kerap ingkar janji, orang Cereng itu punya harga diri dan bisa mengeja sejarahnya sendiri. Bukan saja bagi Cereng, tapi juga untuk Manggarai Barat, dan Indonesia.
Di atas segalanya, terima kasih Bang Kadir, reba Cereng-Golo Molas, Desa Golo Sengang, Kecamatan Sano Nggoang, Kab. Manggarai Barat-NTT yang telah membuat generasi muda Cereng dan Manggarai Barat semakin optimis dan semangat untuk terus berkarya dan berkontribusi bagi kemajuan dan sejarah. (*)
--Admin--











Komentar
Posting Komentar