AGAR TAK KEHILANGAN IDE ATAU JEJAK MENULIS
Dalam berbagai kesempatan, terutama di saat membedah beberapa buku saya atau menjadi narasumber seminar, workshop dan diskusi terbuka di beberapa kampus dan kota di seluruh Indonesia, saya kerap mendapat pertanyaan seputar kepenulisan.
Sebetulnya banyak aspek yang dipertanyakan. Untuk menjawab semua pertanyaan tersebut, in syaa Allah akan saya jawab pada tulisan berikutnya. Sementara untuk tulisan ini saya fokus menjawab pertanyaan: "Bagaimana caranya agar ide menulis tetap terjaga?"
Sebetulnya ada begitu banyak buku yang bisa dibaca seputar jawaban atas pertanyaan ini. Diantaranya buku "Mengikat Makna" karya Hernowo, "The Power of Writing" karya Ngainun Naim, "No Excuse" karya Isa Alamsyah, "Menulislah, Maka Kamu akan Kaya" karya Salman El Bachri, "Menulis, Tradisi Intelektual Muslim" karya Syamsudin Kadir Dkk, dan masih banyak lagi buku lainnya.
Karena itu, tulisan ini saya hadirkan sekadar menambah sumber bacaan sekaligus inspirasi bagi siapapun yang hendak terjun dalam dunia kepenulisan. Tapi ada satu hal yang perlu selalu diingat, bahwa setiap orang sejatinya bisa menulis, walaupun tak berprofesi sebagai penulis.
Saya sendiri tidak berprofesi sebagai penulis. Tapi saya sudah berikhtiar untuk menulis setiap hari. Baik di laptop dan blog pribadi saya, maupun di media sosial seperti facebook dan whatsApp juga Surat Kabar atau Koran di beberapa kota di seluruh Indonesia.
Saya mencoba menjawab pertanyaan di awal tadi dengan beberapa poin berikut.
PERTAMA, Mengalihkan situasi misalnya dengan berpindah tempat duduk, berpindah tempat menulis dan sebagainya. Atau bisa juga ke ruang tamu, halaman rumah, taman di samping rumah, kolam di depan rumah, dan sebagainya.
KEDUA, Sementara endapkan tulisan dalam file khusus dan tidak dihapus. Pastikan tulisan yang ditulis tidak dihapus. Sebab tidak semua ide sederhana yang sudah kita tulis bisa datang kembali. Maka jagalah dengan menyimpannya dalam file atau folder khusus.
KETIGA, Membaca tulisan seperti buku, artikel dan sejenisnya sesuai tema yang sedang digarap. Ini termasuk solusi mujarab. Sebab dengan adanya ide lain akan membuat ide tulisan kita semakin kuat dan bermutu.
KEEMPAT, Menenangkan kembali hati dan pikiran dengan berwudhu. Sebetulnya bisa dengan berdoa, tapi yang tak kalah efektifnya adalah berwudhu.
KELIMA, Beralih ke judul lain yang kira-kira sedang terlintas dalam pikiran. Misalnya, katakanlah di awal kita menulis tentang X, sekarang coba kita alih ke tema Y, dan begitu seterusnya. Nanti kalau sudah memungkinkan, baru balik ke tema X.
Catatan ini akan bertambah gurih kalau pembaca berkenan menambahkan atau menyempurnakannya dengan ide atau mungkin pengalaman lain. Syaratnya satu: dibuat dalam bentuk tulisan atau video yang bisa dinikmati oleh pembaca lain di luar sana.
Semoga catatan singkat ini bermanfaat dan mampu memotivasi juga menginspirasi siapapun untuk terlibat dalam dunia kepenulisan. Mari berbagi motivasi dan inspirasi, walau dengan hal-hal sederhana yang bisa jadi kerap kita remehkan, baik melalui media sosial maupun media lainnya. (*)
--SYAMSUDIN KADIR--
Warga Cereng-Golo Molas, Golo Sengang.
Penulis buku "MERAWAT MIMPI, MERAIH SUKSES" dan buku "PENDIDIKAN MENCERAHKAN DAN MENCERDASKAN BANGSA".
Sebetulnya banyak aspek yang dipertanyakan. Untuk menjawab semua pertanyaan tersebut, in syaa Allah akan saya jawab pada tulisan berikutnya. Sementara untuk tulisan ini saya fokus menjawab pertanyaan: "Bagaimana caranya agar ide menulis tetap terjaga?"
Sebetulnya ada begitu banyak buku yang bisa dibaca seputar jawaban atas pertanyaan ini. Diantaranya buku "Mengikat Makna" karya Hernowo, "The Power of Writing" karya Ngainun Naim, "No Excuse" karya Isa Alamsyah, "Menulislah, Maka Kamu akan Kaya" karya Salman El Bachri, "Menulis, Tradisi Intelektual Muslim" karya Syamsudin Kadir Dkk, dan masih banyak lagi buku lainnya.
Karena itu, tulisan ini saya hadirkan sekadar menambah sumber bacaan sekaligus inspirasi bagi siapapun yang hendak terjun dalam dunia kepenulisan. Tapi ada satu hal yang perlu selalu diingat, bahwa setiap orang sejatinya bisa menulis, walaupun tak berprofesi sebagai penulis.
Saya sendiri tidak berprofesi sebagai penulis. Tapi saya sudah berikhtiar untuk menulis setiap hari. Baik di laptop dan blog pribadi saya, maupun di media sosial seperti facebook dan whatsApp juga Surat Kabar atau Koran di beberapa kota di seluruh Indonesia.
Saya mencoba menjawab pertanyaan di awal tadi dengan beberapa poin berikut.
PERTAMA, Mengalihkan situasi misalnya dengan berpindah tempat duduk, berpindah tempat menulis dan sebagainya. Atau bisa juga ke ruang tamu, halaman rumah, taman di samping rumah, kolam di depan rumah, dan sebagainya.
KETIGA, Membaca tulisan seperti buku, artikel dan sejenisnya sesuai tema yang sedang digarap. Ini termasuk solusi mujarab. Sebab dengan adanya ide lain akan membuat ide tulisan kita semakin kuat dan bermutu.
KEEMPAT, Menenangkan kembali hati dan pikiran dengan berwudhu. Sebetulnya bisa dengan berdoa, tapi yang tak kalah efektifnya adalah berwudhu.
KELIMA, Beralih ke judul lain yang kira-kira sedang terlintas dalam pikiran. Misalnya, katakanlah di awal kita menulis tentang X, sekarang coba kita alih ke tema Y, dan begitu seterusnya. Nanti kalau sudah memungkinkan, baru balik ke tema X.
Catatan ini akan bertambah gurih kalau pembaca berkenan menambahkan atau menyempurnakannya dengan ide atau mungkin pengalaman lain. Syaratnya satu: dibuat dalam bentuk tulisan atau video yang bisa dinikmati oleh pembaca lain di luar sana.
Semoga catatan singkat ini bermanfaat dan mampu memotivasi juga menginspirasi siapapun untuk terlibat dalam dunia kepenulisan. Mari berbagi motivasi dan inspirasi, walau dengan hal-hal sederhana yang bisa jadi kerap kita remehkan, baik melalui media sosial maupun media lainnya. (*)
--SYAMSUDIN KADIR--
Warga Cereng-Golo Molas, Golo Sengang.
Penulis buku "MERAWAT MIMPI, MERAIH SUKSES" dan buku "PENDIDIKAN MENCERAHKAN DAN MENCERDASKAN BANGSA".



Komentar
Posting Komentar